Shuhba Mawlana Syekh Muhammad Hisyam Kabbani QS
Jakarta, 5 Juli 2003
A'uudzubillaahi minasy syaythaanir rajiim
Bismillaahir rahmaanir rahiim
Wash-shalaatu was-salaamu 'alaa asyrafil Mursaliin Sayyidinaa wa Nabiyyina Muhammadin wa 'alaa aalihi wa Shahbihi ajma'iin
Allah Allah, Allah Allah, Allah Allah, `Aziz Allah
Allah Allah, Allah Allah, Allah Allah, Karim Allah
Allah Allah, Allah Allah, Allah Allah, Subhan Allah
Allah Allah, Allah Allah, Allah Allah, Sulthan Allah
Allah SWT Dia adalah Sulthan, Dia adalah Sang Pencipta. Dia adalah Satu yang tidak seorang pun tahu.
Di hadapan `azhamat Allah SWT, Kebesaran, tiada satu pun yang nampak. `Azhamatullah Kebesaran-Nya tak dapat digambarkan. Kebesaran-Nya tak mungkin dimengerti. Fokus utama dalam setiap buku agama di dunia ini adalah Allah SWT. Dan semua buku yang ditulis di dunia ini dianggap tidak berarti, bahkan tidak satu partikel pun, tidak, tidak sebuah atom pun, mereka tiada artinya dibandingkan dengan kalimat Allah SWT. Satu-satunya yang penting dan besar dari segala ilmu (`ilm) adalah al-Quran. Segera setelah al-Quran dalam skala pentingnya adalah Hadis Nabi SAW. Jadi `azhamat Allah SWT, `azhamatullah, tak dapat diuraikan dalam bentuk apapun, dalam buku apapun selain al-Quran dan al-Hadis. Dan apa yang al-Quran ungkapkan dan uraikan hanyalah sebuah informasi untuk kita, dan kenyataan (haqiqat) dan rahasia `azhamat-Nya masih tetap tersembunyi – itu tetap merupakan sebuah rahasia dalam al-Quran. Itulah sebabnya mengapa diukur dari `azhamat Nya, segala sesuatu lainnya hilang, seperti tidak ada.
Marilah kita meninjau dunia ini, untuk memberikan sebuah amsal (contoh) dari dunia ini, karena kita tidak dapat memberikan contoh dari akhirat, dari Sumber Langit. Seekor semut tidak nampak dibandingkan dengan seekor singa, itu adalah tidak berarti. Seekor semut dibanding dengan seekor gajah tidak berarti apa-apa. Semut itu di hadapan gajah, dengan tubuhnya yang besar sekali, (seperti) tidak ada. Jadi semut itu tidak (akan) melukai gajah itu. Bahkan jutaan semut bagi gajah tidak akan melukainya. Kadang-kadang engkau melihat, dalam dokumentasi masalah binatang (video), burung-burung bertengger di atas gajah. Mereka tidak melukainya.
Banyak semut mungkin mendaki gajah, itu tidak mengganggunya. Namun semut-kepada-semut, meskipun mereka sangat kecil, mereka saling melihat bahwa lawannya adalah besar. Mereka (masing-masing) berpikir bahwa mereka adalah pemilik alam semesta ini sambil berkata, sayalah Sang Semut! Dan semut lainnya berkata, sayalah Sang Semut lainnya! Itu adalah contoh kita. Kita seperti seekor semut--dan bahkan seekor semut pun bukan–-dalam alam semesta yang luar biasa besarnya ini. Engkau tidak dapat membuat perbandingan dengan Sang Pencipta. Tetapi buatlah perbandingan dirimu dengan bumi ini. Engkau melihat dirimu sebagai tidak berarti dibandingkan dengan bumi ini.
Dan bumi ini dengan isinya, dibanding dengan galaksi yang kita berada di dalamnya, bukanlah apa-apa. Dan galaksi-galaksi ini, dan galaksi kita dibanding dengan galaksi-galaksi lain bukanlah apa-apa, itu hanya kecil saja. Jadi mengapa semut dengan semut saling berkelahi dan untuk apa? Mengapa manusia saling berkelahi, bila mereka adalah seperti semut dibandingkan dengan alam semesta ini?
Wahai bani Adam AS, tiada satupun yang akan mengisi (memenuhi) matamu dari keserakahan kecuali debu kuburan. Hanya bila mereka menaburkan debu pada matamu, ketika mereka menimbunmu dengan debu di situ, maka Allah SWT akan membuat kamu melihat dan mendengar. Mereka melemparkan debu (tanah) kepadamu.
Minhum khalaqnakum, wa fihum nu`idukum, wa minhum nukhrujukum tawratan ukhra. Dari (tanah-bumi) Kami menciptakan kamu, dan kepadanya Kami akan mengembalikan kamu, dan dari padanya Kami akan mengeluarkanmu sekali lagi. [QS 20:55]
Inna lillahi wa inna ilayhi raji`un. - "Dari Allah SWT kami berasal, dan kepada Nya kami kembali." [QS 2:156]
Pada saat itu kamu berkata, ”Ya Rabb omong-kosong apa pula yang telah kami jalani dalam kehidupan ini? Kamu melihat dirimu pada waktu itu, dan menyadari bahwa apa yang kamu lakukan tidak lagi dapat diperbaiki, itu sudah selesai.
`Azhamatullah, Kebesaran Allah SWT, tidak dapat dibandingkan dengan apapun. Itulah sebabnya ketika kita mengatakan astaghfirullah ul-`azhim, saya memohon ampunan dari Allah al Azhim, kami memohon ampunan (istighfar) dari dosa-dosa kami. Dan apa yang kita katakan? Kita tidak hanya berkata astaghfirullah, apa yang kita katakan? Kita lanjutkan dengan al-`azhim. Kita katakan Astaghfirullah ul-`azhiim.. Kita membawa-bawa Kebesaran-Nya, meletakkan dosa kita di hadapan `azhamatullaah. Engkau meletakkan dosamu di hadapan `azhamat itu. Dosa apa yang masih akan tinggal? Mereka hilang (menghilang). Di hadapan Kebesaran Allah SWT segala sesuatu hilang.
Sebuah contoh dari kehidupan kita sehari-hari adalah seekor semut mendatangi seekor gajah. Apapun yang dilakukannya kepada gajah itu tidaklah berarti apa-apa. Itu artinya bila engkau bertobat atas dosamu di hadapan `azhamat Allah SWT, dosa itu dibanding dengan Kebesaran-Nya menjadi tidak berarti. Allah SWT sepenuhnya melupakan dosa itu dan membuangnya habis. Dan itulah sebabnya kita memohon tobat sambil mengucapkan, Astaghfirullah al-`azhim. Kita memohon ampunan Allah SWT, min kulli zhambin `azhiim–-dari segala dosa besar. Saya memohon ampunan Allah SWT melalui `azhamat-Nya. Bahwa di hadapan `azhamat- Nya, Kebesaran-Nya, segala sesuatu menjadi hilang.
Bila seseorang sakit oleh kanker darah, leukemia, bagaimana mereka menanganinya? Mereka memberinya darah baru setiap kali; betul? Karena darah lamanya telah mati, itu telah dimakan (oleh sel kanker). Tiada lagi ada kehidupan di dalamnya. Mereka memberinya darah baru dan itulah yang mempertahankan hidupnya.
Jika mereka membiarkan darah (lama) di dalam tubuhnya, orang itu akan meninggal. Karena orang itu tidak dapat hidup dengan sesuatu yang telah dimakan, sesuatu yang kotor, sesuatu yang tidak ada kehidupan di dalamnya. Tidak lagi ada mineral dan vitamin di dalamnya; itu gelap dan jahat dan sangat merusak bagi kehidupan dirinya. Dia akan mati. Untuk menolongnya mereka harus memberinya darah baru, yang sepenuhnya diperkaya dengan oksigen yang dapat menyegarkan hidupnya kembali dan menjaga siklus peredaran dalam dirinya tetap hidup.
Allah SWT meletakkan hikmah dalam segala sesuatu. Kita harus mengerti Kebesaran-Nya. Dia menunjukkan kepada kita. Lihatlah di kala darahmu kotor kamu akan mati. Engkau harus memiliki darah baru karena darah mengalir ke tiap sel dalam tubuh, setiap jalan darah di tubuh, setiap pipa kapiler di tubuh.
Ilmuwan mengatakan bahwa jika mereka mengambil setiap jalan darah yang terdapat dalam tubuh, dengan semua pipa kapilernya, jalan darah yang sangat sangat lembut ini yang tidak dapat kamu lihat dengan mata normal kamu, yang digunakan oleh darah untuk mengalir, dan mengatur mereka dalam satu jalur dari awal kembali ke awalnya, mereka akan merentang sejauh jarak dari bumi ke rembulan.
Lihat pada `azhamatullah. Dia memberi tahu kita melalui penemuan ilmu pengetahuan (sains) bahwa jalan darah dan pipa kapiler itu, jika disambung dari awal sampai akhir semuanya akan merentang suatu jarak dari bumi ke rembulan. Berapa panjang jarak dari bumi ke rembulan (bertanya kepada Bapak X)? Kamu tidak tahu? Bukankah kamu seorang ahli fisika (physicist), seorang ilmuwan? Itu adalah 300.000 km dalam jangka besaran itu.
Dan kecepatan cahaya adalah 300.000 km per detik. Itu artinya bahwa dalam satu detik bergerak dengan kecepatan cahaya, cahaya itu akan menempuh 300,000 km. Jadi dari bumi ke rembulan cahaya mencapainya dalam satu detik.
Dan Allah SWT menggambarkan Nabi SAW sebagai sirajan munira, beliau adalah rembulannya kemanusiaan. Beliau adalah satu yang memberikan cahaya dalam gelapnya malam.
Matahari mewakili sumber cahaya. Rembulan adalah pemantul cahaya itu. Matahari digambarkan sebagai sumber cahaya dari Hadirat Ilahi. Dan rembulan digambarkan sebagai pemantul cahaya itu, karena rembulan tidak memiliki cahaya sendiri, itu hanya memantulkan cahaya matahari. Dan Nabi SAW digambarkan sebagai rembulan.
Jadi pantulan dari Sumber Surgawi digambarkan oleh matahari:
wasy-syamsi wa dhuhaaha, wal-qamari idzaa talaahaa
Demi matahari dan cahayanya yang gemilang, dan dengan rembulan yang mengikuti-nya (matahari) [QS 91: 1,2].
Matahari dan sumber cahayanya dan rembulan yang mengikutinya dan menyebarkan sinarnya bagi yang membutuhkannya.
Jadi rembulan adalah pemantul cahaya, itu artinya Nabi SAW yang digambarkan sebagai rembulan—memantulkan semuanya (yang ia tangkap dari matahari) kepada kita. Dan ilmuwan, seperti yang kita katakan, mendapatkan bahwa panjang seluruh saluran darah, pipa kapiler dan limfoid (kelenjar getah bening) seluruhnya akan merentang jarak antara bumi dan rembulan. Itu artinya jarak dari bulan kepadamu, jarak seluruh saluran darah, pipa kapiler yang dialiri darahmu, adalah 300.000 kilometer. Itu artinya antara kamu dengan haqiqat, ma`rifat, kebenaran dan pengertian Hadirat Ilahi, terdapat sebuah jarak, dan jarak itu adalah jarak antara pintu Nabi SAW dan dirimu: jarak itu adalah 300.000km. Sebagaimana jarak antara rembulan dan bumi, sebagaimana Nabi SAW adalah pemantul Cahaya Surgawi, dan dia adalah pemantul yang memantulkan cahaya itu, begitu juga jarak antara dia dan kamu adalah 300.000 (apa satuannya?).
Jadi, jika sistem kalian bersih, dan (sistem) itu tidak mengandung limfosit (sel darah putih yang ganas) dan darah kotor, dalam satu detik Nabi SAW dapat mencapai kamu dan kamu dapat mencapai Nabi SAW dalam satu detik, pada (dengan?) kecepatan cahaya. Dan jarak itu menggambarkan tubuhmu dan apa yang menjadi isinya.
Jika seseorang memiliki darah kotor, sebuah kanker dalam sistemnya, itu artinya seluruh saluran darah, pipa kapiler dan penampungan darah sepanjang 300.000km, adalah kotor. Itu artinya bahwa seluruh sistem telah tercemar oleh darah yang mati itu. Jadi apa yang harus mereka lakukan? Mereka harus membawa darah baru secara lengkap (paripurna) untuk memperbaharuinya dan untuk mempertahankan sistem itu berfungsi, dan jika engkau dapat mempertahankan (sistem) itu bersih secara paripurna, itu artinya tubuhmu akan tetap hidup.
Jika engkau tidak dapat mempertahankan (sistem) itu bersih, itu artinya engkau tewas. Dan seorang yang mati apa yang diperlukan? Dimasukkan ke dalam kubur dan ditimbuni tanah. Kubur itu akan membersihkannya, karena (tanah) itu memakan kotoran (tubuhnya).
Lendir (ludah) anjing adalah najas [mengotori secara ritual]. Sesuai dengan syari`ah apa yang akan membersihkannya? Tanah, debu. Engkau harus membersihkannya enam kali dengan air dan sekali dengan debu agar supaya tanganmu menjadi bersih secara ritual. Dalam contoh ini berarti debu membersihkan semuanya. Darahmu itu (termasuk) semuanya itu. Jika engkau memiliki hati yang mati dan darah yang mati, engkau telah kehilangan segalanya. Jadi apa yang kamu perlukan pada saat seperti itu: engkau memerlukan sebuah pengasingan untuk melepaskan dirimu dari dunya sama seperti engkau pergi ke rumah sakit untuk mengganti darahmu ketika itu tercemar–sama secara analogi engkau masuk ke dalam pengasingan untuk membersihkan darah bersifat kanker dan untuk memasukkan darah baru yang membuat engkau mampu mencapai rembulan– nur (cahaya) Sayyidina Muhammad SAW.
Setiap kali kamu memerlukan penggantian darah, engkau harus mengatakan Astaghfirullah al-`Azhim wa atuubu ilayh. Istighfar itu mengganti darah mati itu menjadi darah bersih. Itu menjadikan darah penuh dengan kehidupan. Hidupmu adalah istighfar. Tiada satu pun memberikan kehidupan sehingga hati di dunia akan menjadi tersambung dengan asal-muasalnya Inna lillahi wa inna ilayhi raaji`un -- "Kami milik Allah SWT, dan kepada-Nya kami kembali," kecuali istighfar. Hal satu-satunya yang dapat memberimu kehidupan itu adalah istighfar.
Serta-merta engkau membuka mulut untuk mengatakan Astaghfirullah, sebelum mencapai al-`Azhiim, para malaikat akan (sudah) mengerjakan jantungmu memompa darah baru. Itu karena `azhamat-Nya Luar Biasa Besar-Nya (sehingga) tiada kotoran dapat terbentuk (eksis). Di hadapan Kebesaran Luar Biasa-Nya tidak ada satupun bisa eksis. Ketika kamu menyebut Kebesaran-Nya dengan mengatakan, Engkau adalah al-`Azhim! Apalah sekedar dosaku ini, aku memohon ampunan dan aku bertobat kepada-Mu, maka serta-merta para malaikat membuang setiap kekotoran dari darah itu dan meletakkan sesuatu dari cahaya Kebesaran-Nya ke dalam hatimu.
Beberapa pasien kanker ditangani dengan kemoterapi. Kemoterapi membunuh pemekaran sel kanker itu, menghentikan sel mati itu atau mencegah pemekaran sel kanker yang memakan sel lainnya yang masih sehat. Jadi kemoterapi menggunakan semacam sinaran bersamaan dengan obat-obatan yang menghentikan kanker di dalam tubuh. Begitu juga dengan `azhamatullah.
Segera setelah engkau mencapai (pada pengucapan) al-`azhim, apa yang dapat bertahan di hadapan `azhamat-Nya? Tiada suatu pun dapat menjadi hambatan antara kamu dengan Kebesaran-Nya. Dengan Kebesaran-Nya, Allah SWT menghancurkan setiap kekotoran dengan cahaya itu yang dibawa oleh para malaikat. Terdapat malaikat khusus yang diciptakan dari Kebesaran-Nya yang membawa cahaya dari Kebesaran-Nya, menunggu para abdi untuk (yang ingin) bertobat. Kemudian mereka datang lengkap dengan semua dukungan mereka untuk membakar habis penyakit kanker yang mengenai sistemmu. Untuk secara paripurna memusnahkan kebusukan dan setan dan kegelapan yang mengenai hatimu dan menggantikannya kembali menjadi hidup. Hidup yang dimaksudkan di sini berarti cahaya yang membawa kembali cahaya ke dalam hatimu lagi, sehingga dengan memompanya itu akan membawamu kepada pintu Nabi SAW dan dari Nabi SAW kepada Pintu Allah SWT.
Apabila engkau telah bersih dan engkau siap untuk menerima Sumber Surgawi, Setan mendatangimu pada saat lain dan membuatmu kotor (lagi). Maka hari berikutnya kamu harus membersihkan dirimu sekali lagi. Kemudian hari berikutnya Astaghfirullah al-`azhim wa atuubu ilayh Astaghfirullah al-`azhim wa atuubu ilayh. Astaghfirullah al-`azhim wa atuubu ilayh seratus kali. Mengapa seratus kali?
Untuk membersihkan kembali dari kekotoran yang Setan cemarkan kepada darah surgawi yang berada dalam dirimu, yang telah ia gelapkan (kotori) lagi. Engkau dapat melihat bercak-bercak gelap di dalamnya, dan engkau harus membersihkannya kembali.
Mengapa seratus kali? Karena engkau meminta dari Kebesaran Allah SWT `azhamat dan setiap asma ‘ul-husna Allah SWT memiliki cahaya yang berbeda dan kekuatan yang berbeda. Allah SWT memiliki 99 Nama, dan Nama yang meliputi (mencakup itu semua) adalah Allah SWT, sehingga menjadi seratus Nama yang para `ulama anggap sebagai Nama terkemuka (dan para `ulama tahu bahwa Allah SWT memiliki banyak sekali Nama lainnya). Sehingga terdapat 99 Nama dan dengan Nama Utama Allah SWT menjadikan itu seratus. Jadi dengan jalan istighfar, kita memohon untuk menggapai dari setiap Nama–seperti sebuah pelangi– sebuah cahaya `azhamat yang berlain-lainan untuk membersihkan diri kita dan menyegarkan diri kita dan membawa kita kembali kepada hidup.
Kemudian Allah SWT akan mendadani kamu dengan cahaya dari setiap Nama. `azhamat itu datang untuk memusnahkan penyakit kanker itu yang akan menghancurkan kamu. Dan kemudian hari berikutnya kamu berada dalam situasi seperti itu lagi (terpengaruh setan). Kemudian kamu membaca lagi seratus (istighfar), saat lain mereka mencoba kamu lagi dan kemudian mereka memberimu lagi lebih banyak, mereka masih membersihkan kamu saat lain lagi.
Itu artinya kamu seperti lampu-lampu ini (yang berada di ruang ini). Mereka itu hanya (berkekuatan) 20 atau 60 watt. Engkau tidak memberi cahaya (terang) lebih dari itu.
Kini malam ini lampu-lampu berkekuatan berapa watt? 25-30 atau berapa pun itu. Hanya itulah yang dapat kamu capai, karena di siang hari engkau melakukan istighfar. Maka pada waktu malam larut ketika kita duduk di sini sebelum salat al-Fajr, ketika fajar belum menyingsing dan kamu masih belum dapat melihat (hari masih gelap)--20 watt itu yang kamu miliki sudahlah mencukupi. Ketika kamu mulai membaca istighfar, cahaya (mu?) itu mulai bertambah. 20 atau 30 watt atau berapa pun besarnya itu, bertambah. Namun ketika fajar menyingsing cahaya (mu?) menjadi seperti tidak ada apa-apanya. Jadi apa yang terjadi? Cahayamu kembali menjadi nol, karena Setan membawamu kembali dan membawamu kembali dan membawamu kembali. Sehingga lampu dengan watt yang rendah itu tidak lagi berguna. Engkau telah membuat cahaya yang engkau miliki menjadi mati.
Cahaya itu hanya memberikan terang di sekitarnya pada jarak yang pendek, karena (lampu) itu tidak meningkat kekuatannya. Itu hanya akan selalu 20 watt atau 30 watt. Mengapa? Karena setiap hari memusnahkan (diri) nya. Setiap hari engkau membuat istighfar, dan itu membuatnya normal kembali, tetapi itu tidak menambah (kekuatannya). Itu tidak menimbulkan “cahaya atas cahaya”-- nur `ala nur”. Kita akan tetap pada kekuatan 20 watt, itulah sebabnya kita berada pada batas (limit), batas yang harus bertobat lagi pada hari berikutnya. Itulah sebabnya kita berlari-lari dan menjadi lelah dan tidak mencapai apa yang Allah SWT kehendaki atas kita untuk mencapainya dan apa yang Nabi SAW kehendaki kita mencapainya.
Awliya Allah SWT, ketika mereka dibersihkan dengan jalan istighfar, Allah SWT memberikan kepada mereka hal yang sama dengan yang diberikan-Nya kepada kita. Namun mereka tidak mengotori atau mencemari darah mereka dengan lukemia setiap kalinya. Mereka mempertahankannya tetap bersih, sehingga keesokan harinya, ketika mereka menerima lebih banyak lagi (cahaya surgawi), itu menambah (menjadi lebih besar dari sebelumnya). Jadi lampu 20 watt menjadi 40 watt, hari berikutnya itu menjadi 60 watt, hari setelah itu menjadi 80 watt, hari setelah itu menjadi 100 watt, hari setelah itu menjadi 200, hari setelah itu menjadi sebuah lampu sorot (spotlight) yang memberikan penerangan yang lebih gemilang, sebuah lentera besar. Di situlah letak perbedaan antara awliya Allah SWT dengan kita, karena kita kembali lagi ke belakang melalui siklus kekotoran yang sama setiap hari dalam kehidupan kita sehari-hari, curang, menipu, bergunjing, membuat segala macam dosa setiap kali dan berkali-kali. Para awliya berusaha untuk melindungi diri mereka – untuk menyingkirkan segala dosa yang akan mencemari darah mereka sehingga mereka menjadi lebih gemilang dan gemintang setiap kali dan hubungan mereka dengan Nabi SAW akan lebih kuat. Tidak terdapat kebocoran dalam pipa yang menghubungkan mereka dengan Nabi SAW. Tidak terdapat lubang (bocor) dalam pipa itu, sehingga tidak ada jalan bagi air (yang mengalir dalam pipa itu) untuk lolos terbuang, dan untuk alasan ini mereka menerima informasi (surgawi) yang tidak kita terima.
Setiap hari mereka akan didandani dengan busana asma ‘ul-husna Allah SWT yang lebih banyak dan lebih banyak lagi. Mereka tidak mencemari cahaya itu.
Dengan spotlight yang awliya Allah SWT miliki mereka dapat melihat ke jarak yang lebih jauh lagi. Lihatlah, ketika sebuah pesawat terbang akan mendarat, dia memiliki sebuah spotlight yang besar, yang dengannya pilot itu dapat melihat satu mil kedepan. Tetapi kalau kamu hanya memiliki lampu minyak tanah atau sebuah lilin apa yang dapat kamu lihat (dalam gelap)? Tak satu pun. Engkau hanya dapat melihat empat diding ruangan ini.
Itulah sebabnya awliya dapat melihat hati murid mereka. Mereka dapat melihat apa yang akan terjadi di waktu mendatang. Allah SWT menganugerahi mereka kekuatan itu. Bagi mereka itu bukanlah masa mendatang. Cahaya mereka dapat mencapainya dengan segera, karena Allah SWT memberi mereka sebuah cahaya dengan intensitas tinggi. Mereka dapat mengarahkan cahaya itu dan melihat jauh ke depan. Ada awliya yang dapat melihat satu mil ke depan. Beberapa di antara mereka dapat meningkatkan (kecemerlangan) cahaya mereka dan melihat dua mil. Beberapa dapat melihat seratus mil ke depan. Ada awliya yang dapat melihat jarak yang ditempuh sedetik kecepatan cahaya. Ada awliya yang dapat melihat sejauh satu menit perjalanan cahaya. Ada awliya yang dapat melihat sejauh seratus tahun perjalanan cahaya. [Apa yang dapat mereka lihat] tidak lagi diukur sebagai jarak; melainkan dalam perjalanan tahun cahaya. Beberapa Awliya Allah SWT dapat melihat satu juta tahun perjalanan cahaya.
Itulah sebabnya mereka dapat melihat asal usulmu, di mana kamu terletak di antara berbagai bintang-gemintang itu. Dan mereka dapat mengambil informasi tentang dirimu dari visi yang Allah SWT karuniakan kepada mereka. Ittaqqu firasat al-mu’min fa innahu yandhuru binAllah--Hati-hatilah dengan pandangan (visi) orang beriman (wAllahi), karena sesungguhnya mereka melihat dengan Cahaya Allah SWT. Cahaya itu Allah SWT berikan kepada mereka dari Cahaya-Nya.
Wa min Allahi at-tawfiq, bi-hurmatil Fatiha.
0 komentar:
Posting Komentar